Kamis, 30 April 2015

ANALISA KUALITAS DAN KUANTITAS HASIL DISTILASI AIR LAUT DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR TENAGA SURYA DENGAN PIPA SALURAN UAP TIPE DUA PERMUKAAN KACA MIRING BAB II



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1        Matahari
Matahari adalah salah satu bintang yang terdapat diplanet ini dan bersama-sama dengan planet yang lain (Merkuri, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan Pluto). Matahari membentuk sistem tata surya yang dikenal dengan solar sistem.
Matahari adalah bola gas yang terbentuk oleh kondensasi hydrogen di dalam galaksi dibawah efek gaya tarik gravitasi, karena inilah maka terjadi benturan antara molekul yang mengakibatkan kenaikan temperatur. Matahari mempunyai diameter 1,39 x 109 m dan mempunyai jarak rata-rata dari bumi sekitar 1,5x1011m. Matahari  menghasilkan daya sebesar 3,8 x 1023 kW secara kontinu dan hanya 1,73 x 1014 kW yang diterima bumi dalam bentuk radiasi sinar ultraviolet. Permukaan matahari bersuhu ± 5762 K, sedangkan suhu pada pusatnya berada pada kisaran 8 x 106 sampai 40 x 106 K dan kerapatannya 80 sampai 100 kali kerapatan air dengan density sebesar 105 Kg /m3. Radiasi surya yang diterima di bumi ini 99% berupa radiasi panas (thermal).

 
Intensitas dari radiasi surya sangat bergantung dari kondisi atmosfer, saat dalam tahun, dan sudut timpanya (angel of incidence) sinar matahari ke permukaan bumi. Pada batas luar atmosfer bumi radiasi matahari total adalah sebesar 1353 W/m2 dengan jarak rata-rata bumi terhadap matahari. Angka tersebut dinamakan dengan konstanta surya (solar constant) atau kata lain didefinisikan sebagai besaran energi rata-rata yang diterima oleh bumi dari matahari per unit luasan pada permukaan, pada arah tegak lurus dari perambatan radiasi, pada jarak rata-rata bumi – matahari di luar atmosfer.
Tidak seluruh energi yang disebutkan dengan konstanta surya tersebut mencapai permukaan bumi, karena terdapat absorpsi yang kuat dari karbondioksida dan uap air di atmosfer. Radiasi surya yang menimpa permukaan bumi juga sangat tergantung dari kadar debu dan zat pencemar lainnya yang terdapat dalam atmosfer. Proses sampainya radiasi matahari melalui lapisan atas atmosfer terus kepermukaan bumi, sinar matahari yang berupa gelombang pendek menuju atmosfer dianggap 100 % sampai kepermukaan lapisan atmosfer. Radiasi ini tidak bisa diteruskan keseluruhannya karena adanya pantulan yang terjadi dan besarnya pantulan sebesar 31 %, berarti radiasi bisa diteruskan ke daerah atmosfer hanya 69 %. Dari jumlah tersebut didaerah atmosfer akan diserap oleh udara kering sebesar 17,4 % dan pantulan permukaan bumi sebesar 47,3 %. Dimana jumlah ini merupakan jumlah energi yang sangat besar bagi bumi.
Dapat dilihat bahwa sejumlah radiasi tersebut diserap oleh :
·         Laut                                                                       : 32,7    %
·         Daratan                                                                  : 14,3    %
·         Kehidupan dibumi (tumbuhan dll)                        : 0,1      %
·         Angin, gelombang laut dll                                     : 0,2      %
·         Manusia                                                                 : 0,004  %
·         Panas bumi                                                             : 0,02    %
Kehidupan tumbuh-tumbuhan atau yang dinamakan proses fotosintetis sebesar 0,1 % yang kemudian menjalani proses berjuta tahun untuk menghasilkan bahan bakar hidrokarbon dan inilah sebagian dari sumber yang sedang menjadi tumpuan kebutuhan energi saat ini.
Radiasi adalah suatu energi gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh suatu benda dan merambat dalam ruang dengan kecepatan cahaya 3 x 108 m/s. Radiasi surya merupakan salah satu bentuk energi thermal yang mempunyai panjang gelombang 0,26-2,6 μm. Pada batas luar atmosfer radiasi surya total adalah 1353 W/m2 (konstanta surya) bila bumi berada pada jarak rata-ratanya dari surya akan bervariasi sekitar 1000 W/m2 tergantung kondisi awan, debu, kabut dan sebagainya.
Besar radiasi surya yang diterima oleh suatu permukaan di bumi tergantung pada faktor-faktor berikut :
·         Posisi bumi terhadap matahari yang berubah dalam setahun
·         Kemiringan permukaan benda bumi atau posisi garis lintang
·         Waktu dalam sehari
·         Keadaan cuaca atmosfer bumi     
            Karena adanya awan, debu, dan lain sebagainya maka radiasi surya yang sampai ke bumi tersebut dalam bentuk radiasi langsung dan radiasi difusi.









 
        







Radiasi
sorotan
 

 


Gambar 2.1 Radiasi langsung dan radiasi difusi
 
        
                         
2.2        Distilasi
Distilasi (penyulingan) air laut telah dilaksanakan selama bertahun-tahun. Teknologi penyulingan air untuk mendapatkan air tawar dari dari kotor atau dari air laut intinya adalah menguapkan air laut dengan cara dipanaskan, yang kemudian uap air tersebut diembunkan sehingga didapatkan air tawar. Sumber panas yang dipergunakan berasal dari energi yang beragam : minyak, gas, listrik, surya / matahari dan lainnya.
Banyak penelitian diarahkan untuk pengembangan dan efisiensi dari evaporator, namun hasilnya belum menggembirakan. Uap bertekanan rendah untuk operasi evaporator bertenaga listrik telah dikembangkan oleh beberapa negara, tetapi biaya operasi dipandang masih terlau tinggi yakni USD 285 untuk setiap 1000 m3 air. Sekarang penelitian diarahkan pada pemanfaatan energi matahari atau tenaga surya untuk pemanasan evaporator, khusunya untuk daerah-daerah yang banyak memperoleh cahaya matahari sepanjang tahun.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman (www. kimpraswil.go.id, 2005), telah mengembangkan destilator tenaga surya atap kaca sebagai teknologi terapan untuk penyulingan air laut. Alat ini cocok untuk daerah pantai dan daerah sulit air. Data teknis dan spesifikasi alat yang dikembangkan adalah terdiri pengumpul kalor, kaca penutup kanal kondensat, kotak kayu dan system isolasi. Air baku yang digunakan adalh air laut dan air payau, dengan kapasitas 6-8 liter per hari.
Pada proses penguapan air dimana terjadi perubahan bentuk air dari bentuk cair menjadi bentuk gas, secara otomatis akan terjadi perubahan berat jenis (BJ) dari air tersebut. Berat jenis air dalam bentuk uap (BJ uap) akan lebih kecil dari Berat jenis air dalam bentuk cair (BJ cair). Ketika terjadi penguapan air maka unsur-unsur penyusun air alam dan berbagai impurities (berupa unsure logam, garam, bahan padat, dan lain-lain) yang memiliki BJ lebih besar dari BJ uap akan tertinggal sebagai
refinat atau residu
2.3        Destilator
            Diantara beberapa pemanfaatan tenaga surya sebagai sumber energi, sistem destilasi adalah salah satu sistem sederhana yang berguna untuk memenuhi salah satu kebutuhan pokok manusia. Dalam menghasilkan atau memproduksi garam dari air laut digunakan energi/tenaga surya untuk menguapkan airnya dan menghasilkan butiran garam, cara ini telah dilakukan sejak zaman dahulu kala oleh manusia. Dengan prinsip dasar menghasilkan garam ini, digunakan juga prinsip yang sama namun disini adalah untuk menghasilkan air bersih.
                                                 Gambar 2.2 Proses Kerja               
Semua sistem destilasi menggunakan prinsip yang sama, yaitu air (air payau, air laut) ditampung pada penampung dasar, yang berfungsi untuk mengabsorbsi/menyerap energi surya/kalor untuk pemanasan sehingga dapat terjadi penguapan cairan yang akan menghasilkan air hasil distilasi (aquabides). Uap air hasil distilasi kemudaian menempel pada bagian dalam dari kaca penutup yang temperaturnya lebih rendah dari pada uap air itu sendiri dan kemudian terkondensasi dan ditampung pada bagian penampung hasil destilasi, kemudian dialirkan tempat penampung hasil destilasi.
Dengan pemikiran dasar pada sistem distilasi (penyulingan air laut), yakni memisahkan garam dan air laut yang didesalinasikan maka dimulailah perkembangan yang lebih luas, salah satunya adalah sistem distilasi. Berikut ini adalah suatu bentuk awal dari alat desalinasi yang mana juga diterapkan pada sistem distilasi.
Gambar 2.3 Penyuling Jenis Atap
Sistem destilasi atau juga biasa disebut destilator mempunyai perbedaan dalam hal produksi, sistem destilasi berorientasi pada produksi air bersih sehingga air yang dimasukan (input) ke dalam destilator dapat berasal dari mana saja, sedangkan desalinasi inputnya hanya berasal dari air laut karena tujuannya adalah memperoleh garam. Sistem desalinasi dan sistem destilasi dapat disamakan sehingga untuk teori destilasi dapat digunakan teori desalinasi dan juga sebaliknya.
Maka dapat disimpulkan bahwa destilasi adalah sistem yang digunakan untuk memperoleh air bersih dengan cara memisahkan air dari kandungan kotoran-kotoran pada air yang didestilasikan (air kotor).


2.3.1    Jenis Destilator Tipe dua permukaan kaca miring
Gambar 2.4 Destilator air laut tipe dua permukaan kaca miring
Keterangan gambar :
  1. Kaca penutup (window glass)                   6.   Pipa air keluar
  2. Kanal                                                         7.   Pipa air masuk
  3. Plat penyerap                                            8.   Reservoir air laut
  4. Basin (bak penampungan)                         9.   Alat pengukur temperatur
  5. Isolasi


Gambar 2.5 Penempatan Alat ukur Temperatur
2.3.2.   Teori Dasar Perhitungan Sistem Distilasi
 Didalam sistem distilasi terjadi proses penguapan air dengan cara pemanasan menggunakan energi surya, sehingga dihasilkan uap air yang terpisah dari kandungan unsur-unsur lainnya. Dalam menghasilkan uap air pada sistem destilasi ada lima temperatur yang terkait dalam proses destilasi. Yaitu temperatur air, temperatur plat penyerap, temperatur kaca, temperater uap air dan temperatur lingkungan.
Untuk menentukan nilai dari energi yang berguna, energi yang hilang dan efisiensi dapat digunakan persamaan berikut :
1.      Energi radiasi yang diserap oleh plat penyerap
…………………………………Pers ( 2.1) lit 1 hal 4
            Dimana :    Qin    = Energi radiasi yang sampai ke plat penyerap (Watt)
IT        = Intensitas Surya (W/m2)
Ac    = Luas plat penyerap (m2)
α       = Absorpsivitas plat penyerap
2.      Energi yang hilang dari kolektor
................. ……………….....Pers (2.2) lit 1 hal 4
Dimana:           QLosses   = Energi yang hilang dari kolektor (Watt)
ULosses  = Koefisien perpindahan panas total (W/m2. 0C)
                             Tp        = Temperatur plat penyerap (0C)
                             Ta        = Temperatur Lingkungan (0C)
                             Ac       = Luas plat penyerap (m2)
3.      Energi yang berguna pada destilasi air laut
......... ……………Pers (2.3) lit 1 hal 4
Dimana :          Qu        = Energi yang berguna pada destilasi air laut (Watt)
                                    Ac       = Luas plat penyerap (m2)
                                    IT            = Intensitas surya (W/m2)
                                    α          = Absorpsivitas plat penyerap
UL        = Koefisien perpindahan panas total (W/m2. 0C)
                             Tp        = Temperatur plat penyerap (0C)
                             Ta        = Temperatur Lingkungan (0C)
4.      Efisiensi Kolektor
 ……………………………Pers (2.4) lit 1 hal 4
5.      Efisiensi Destilator
 …………………………………Pers (2.5) lit 1 hal 4
Dimana :          m         = Massa air (kg/jam)
                                    hfg        = Panas lateral untuk penguapan (kJ/kg)
                                    Ac       = Luas plat penyerap (m2)
                                    IT            = Intensitas surya (W/m2)
                                    T          = Lama waktu pengujian (jam)
2.3.3    Pengertian Tenaga Surya (Solar Energy)
Tenaga Surya (solar energy) adalah merupakan enegi yang bersumber dari sinar matahari. Menurut Herman Johannes ( Hardjasoemantri, K.(2002) Hukum Tata Lingkungan, ) pemanfaatan energi surya dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori, yakni pemanfaatan energy surya secara langsung dan tidak langsung. Pemanfaatan energi surya secara tidak langsung adalah berupa pemanfaatan biomassa untuk sumber energi. Lakitan, B. ( 2002, Dasar-dasar Klimatologi,) mengatakan bahwa energi surya yang sampai ke bumi, sebagian kecil akan dikonversi menjadi energi kimia oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis yang komplek. Produk akhir dari fotosintesis adalah biomassa. Dengan demikian biomassa merupakan energi surya tak langsung. Pemanfaatan energi surya secara langsung adalah dengan menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi utama secara langsung. Pemanfaatan energi surya harus mempertimbangkan sifat-sifat fisika dari sinar matahari. Lakitan, B. ( 2002, Dasar-dasar Klimatologi ) mengatakan bahwa untuk mengkaji tentang aspek fisika cahaya ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya : porsi serapan cahaya (absorbtivity), porsi pantulan (reflectivity), porsi terusan (transmisivity), daya pancar (emisivity), aliran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar