1.1 Latar
Belakang Masalah
Provinsi Kepulauan Riau merupakan bagian dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Provinsi Kepulauan Riau yang terletak di kawasan
perairan Selat Malaka dan Selat Singapura yang
kini di huni oleh penduduk yang heterogen, pada mulanya di huni oleh
orang Melayu yang dikenal dengan sebutan “Orang
Selat” mereka tinggal di kawasan ini sejak zaman Kerajaan Tumasek (sekarang Singapura) di
penghujung tahun 1300 M atau abad ke 4 M.
Ibu
Kota Provinsi Kepulauan Riau
berkedudukan di Tanjung Pinang. Kepulauan
Riau merupakan Provinsi baru hasil pemekaran dari Provinsi Riau. Provinsiini terbentuk berdasarkan Undang-undang No. 25tahun
2005 merupakan Provinsi ke -32 di Indonesia. Provinsi Kepulauan Riau ini terbagi kedalam dua Kota dan lima Kabupaten.
Yaitu kota Tanjung
Pinang, Kota Batam, Kabupaten Karimun,
Kabupaten Bintan,
Kabupaten Lingga,
Kabupaten Natuna, dan Kabupaten Kepulauan Anambas.
Provinsi Kepulauan Riau ini kaya dengan ragam seni budaya, ragam seni budaya ini berbeda-beda
di setiap Kabupaten tetapi ada kesamaannya. Hampir setiap daearah di Provinsi Kepulauan Riau memiliki kesenian seperti seni tari, seni musik dan adat istiadat yang secara turun temurun
di wariskan kepada generasi kegenerasi selanjutnya. Sangat wajar jika sampai sekarang Provinsi Kepulauan
Riau memiliki beraneka ragam seni tari dan seni musik Tradisional di setiap daerahnya sebagai warisan budaya
yang memiliki keindahan
Penyengat adalah salah satu Pulau yang berada di Daerah
Provinsi Kepulauan Riau tepat nya di depan kota Tanjung Pinang. Dari Kota
Tanjung Pinang terlihat bangunan berwarna kuning mencolok itulah Mesjid Raya
Sultan Riau di Pulau Penyengat. Untuk mencapai Pulau Penyengat, Wisatawan dapat
menggunakan perahu yang telah tersesia di pelabuhan kota Tanjung Pinang. Dengan
gelombang yang cukup kuat, Perjalanan hanya butuh waktu 30 menit saja untuk
mencapai bibir dermaga Pulau Penyengat. Di Pulau Penyengat ini lah Kita
menemukan jejak-jejak sejarah dan Kebudayaan melayu. Pulau Penyengat ini
memiliki suku di antaranya antara lain Melayu. Dan lebih dominan di Pulau
Penyengat adalah suku Melayu. Mata pencarian di Pulau Penyengat adalah Pegawai,
Pedagang, Nelayan, dan
Petani.
Pualu Penyengat ini kaya akan Seni Budaya. Di antara nya
adalah Zapin , gombang, tari melayu klasik dan tari Boria. Kesenian di Pulau
Penyengat yang hampir Punah adalah tari tradisi
Boria. Tari tradisi Boria ini berasal
dari Pulau Pinang Malaysia. Namun demikian di Indonesia khususnya Pulau
Penyengat, kota Tanjung Pinang juga menyimpan khazanah seni tersebut. Munculnya
kesenian ini di Pulau Penyengat terinspirasi dari kehidupan tentara Belanda
yang bercokol di kerajaan Riau pada abad ke 18, namun, tradisi ini hampir punah. Satu-satu nya yang
masih pengingat adalah Raja Akup. Setelah Raja akup meninggal maka Dinas kebudayaan
dan pariwisata kota Tanjung Pinang mencoba menggali kembali.
Tari Boria ini
di tampilkan pada saat penyambutan tamu-tamu terhormat dalam sebuah acara resmi
di Pulau Penyengat. Tarian ini di tarikan oleh kaum lelaki yang berumur 50
tahun. Pertunjukan Tari Tradisi Boria ini memiliki unsur-unsur tari didalamnya antara lain: Gerak, Musik, Kostum,
Desain Lantai, Dinamika, Properti, tema, tata rias, laighting,panggung dan penonton.
Tari Boria ini
tari tradisi yang di tarikan oleh kaum lelaki. Jumlah penari Boria sebanyak 20 orang di tambah 1
orang komandan yang di sebut kapten. Tugas nya adalah mengatur perbarisan dan
menjadi sentral cerita di dalamnya. Sementara anak buah di Pimpin oleh seorang
Serjen ( sersan ). Gerakan dalam tari Boria
ini sederhana. Gerak diambil dari gerak berbaris, hormat, keseharian, dan
permainan anak-anak. Pola lantai berupa garis lurus dan lengkung. Busana yang
digunakan terdiri dari baju ala tentara Belanda, sepatu, kaos kaki, topi
tarbus, dan di beri pernak pernik sehingga terkesan menarik dan meriah. Alat
musik yang di gunakan dalam tari Boria adalah
biola, aqordion , marawis dan jimbe, dan properti peluit. Tarian ini ditarikan
di lapangan terbuka. Tema dari pertunjukan tari Boria ini adalah tentara belanda yang sudah lelah bekerja yang
ingin beristirahat dengan cara menghibur diri yaitu dengan bermain sambil menari dan bersyukur atas hasil tangkapan
lautnya.
Semakin berkembangnya zaman, maka semakin menjadi
modern dan mendorong kita untuk semakin maju.
Baik dalam hal bergaul, berpakaian, pandangan hidup, selera, cara berfikir, dan berkarya seni.
Banyaknya kebudayaan-kebudayaan asing yang datang dari luar, maka kurangnya minat generasi muda untuk mengetahuai dan
menarikan Pertunjuakan Tari Tradisi Boria.
Dengan upaya melakukan pengembangan, pembinaan, dan pelestarian tari tradisi tidak akan dapat terlaksana secara sempurna apabila tidak melakukan sesuatu penelitian dan pengkajian keberadaan tari tradisi tersebut. Penelitian dan pengkajian ini adalah suatu kegiatan
yang sangat menunjang untuk suatu pengembangan, pembinaan, dan pelestarian kesenian daerah terutama kesenian pertunjukan tari tradisi. Dalam Kelestarian Kebudayaan Indonesia dan Kebudayaan Daerah khususnya, terdapat salah satu kesenian daerah
yang belum mendapatkan perhatian secara mendalam yaitu ”PertunjukanTari Tradisi Boria Dalam Masyarakat di pulau Penyangat Tanjung Pinang Provinsi
Kepulauan Riau”.
Supaya tidak hilang atau punahnya Tari Tradisi Boria ini maka di adakah penulisan, dengan penulisan
ini Tari Boria dapat di kenal di
mancanegara. Mengajak generasi muda untuk terus mengadakan pertunjukan tari
tradisi Boria, mengkreasikan lagi tari Boria
menjadi tari yang lebih menarik dan modern. Berdasarkan uraian di atas maka
penulis tertarik untuk menganggkat Tari Tradisi Boria ini ke dalam bentuk
penulisan dengan judul “ Pertunjukan Tari Tradisi Boria dalam Masyarakat di Pulau Penyengat Tanjung Pinang Kepulauan
Riau”.
1.2 Perumusan masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang yang di kemukan di atas permasalahan yang di kaji dalam
skripsi ini adalah:
1.
Bagaimanakah pertunjukan
Tradisi Tari Boria di Pulau Penyengat
Tanjung Pinang Propinsi Kepulauan Riau?”
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah yang diambil, maka tujuan penulis melakukan penelitian ini
adalah :
1.
Untuk mengetahui Pertunjukan
Tari Tradisi Boria di Pulau Penyengat
Tanjung Pinang Kepulauan Riau.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Dari rumusan
masalah dan tujuan penelitian di atas, maka
manfaat di lakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk
penambahan ilmu pengetahuan dan wawasan yang berkaitan dengan penulisan tentang
Pertunjukan Tari Tradisi Boria.
2. Untuk
memperkenal kan kepada masyarakat luas secara tertulis tentang pertunjukan dan
Tari Tradisi Boria yang berada di
Pulau Penyengat Tanjung Pinang
3. Untuk
dapat mengembangkan khasanah disiplin keilmuan yang ada dalam pembelajaran Seni
Budaya
4. Bagi
program Sendratasik penelitian ini di harapkan sebagai salah satu sumber bagi
dunia Akademis khususnya Lembaga Pendidikan Seni.
5. Bagi
para pengkarya di harapkan dengan adanya penelitian ini dapat menambahkan
motivasi dan Kreativitas dalam dunia seni hiburan
6. Memberikan
pengetahuan berdasarkan rumusan masalah peneliti
1.4 Penjelasan
Istilah Judul
Berdasarkan
istilah judul di atas maka penulis membahas tentang:
1. Tari Tradisi
adalah sebuah tata cara yang berlaku di sebuah lingkungan etnik tertentu yang
bersifat turun temurun.
2. Tari Boria adalah tari yang terinspirasi dari sebuah kehidupan tentara
Belanda yang bercokol di kerajaan Riau.
Penari Boria berjumlah 20 orang di
tambah 1 orang komandan yang di sebut kapten. Tugasnya adalah mengatur barisan
dan menjadi sentral cerita di dalamnya. Pertunjukan tari tradisi boria ini
dipertunjukan pada saat ada suatu acara besar tarian ini di gunakan untuk
sebagai penyambutan tamu atau pembuka acara.
3. Edy Sedyawati, 1980:52-62
mengatakan Pertunjukan tari adalah
sebuah seni kolektif yang di mana untuk menapilkan sebuah pertunjukan tari di
perlukan penari, busana tari, penata rias, dan pemaian musik, apabila
iringannya musik hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar