Minggu, 26 April 2015

PERTUNJUKAN TARI TRADISI BORIA BAB II



KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori Pertunjukan Tari
            Edy Sedyawati (1980:52-62)  mengatakan, seni Pertunjukan berangkat dari suatu keadaan dimana ia tumbuh dalam lingkungan-lingkungan etnik ini, adat dan kesepakatan bersama yang turum menurun mengenai perilaku, mempunyai wewenang yang amat besar untuk menentukan rebah bangkitnya kesenian, seni pertunjukan pada pertunjukan. Peristiwa keadatan merupakan landasan eksistensi yang utama bagi pegelaran-pegelaran atau pelaksanaan-pelaksanaan seni pertunjukan seni pertunjukan terutama tarian-tarian dengan iringan bunyi-bunyian, sering merupakan pengembang diri dari kekuatan-kekuatan magis yang di harapkan hadir, tetapi juga tidak jarang merupakan semata-mata tanda syukur terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu. Seni pertunjukan pada pokoknya adalah sesuatu yang membutuhkan kelompok dan memberikan suatu pengalaman langsung.

            Pertunjukan tari memiliki unsur-unsur antara lain gerak, musik, desain lantai, dinamika, tema, tata rias, kostum, tata cahaya (lighting), properti, staging (pemanggung) , penonton. Soedarsono ( 1977 :5-58) mengatakan unsur-unsur tari dan juga pengertian adalah sebagai berikut:
1. Gerak
Menurut Soedarsono Gerak merupakan median yang paling utama tari, tanpa gerak tari belum bisa di katakan tarian. Gerak merupakan suatu rasa yang terungkap secara spontanitas dalam menciptakannya. Sebagaimana di jelaskan oleh Jhon Martin, gerak merupakan gejala yang paling primer dari manusia dan gerak adalah median yang paling tua dari manusia untuk menyatakan keindahan-keindahannya. Gerak merupakan elemen pertama dan tari maka ritme merupakan elemen kedua yang sangat penting dalam tari.
2. Musik
Soedarsono mengatakan musik merupakan pengiring tari dalam sebuah tarian. Musik dalam tari bukan hanya sekedar iringan tari musik adalah patner tari yang tidak boleh di tinggalkan. Musik dapat memberikan suatu irama yang selaras, sehingga dapat membantu mengatur ritme atau hitung dalam tari tersebut dan dapat juga memberikan gambaran dalam rangka mengekspresikan gerak.
3. Desain lantai
Desain lantai adalah garis-garis lantai yang di lalui penari atau garis-garis di lantai yang di buat oleh formasi penari kelompok. Secara garis besar ada dua pola garis dasar pada lantai yaitu garis lurus dan garis lengkung memberi kesan lembut tetapi lemah. Desain lantai terbagi 3 macam yaitu sebagai berikut:
1.     Desain atas, adalah desain yang berada di atas lantai yang dilihat oleh penonton yang tampak terlukis pada ruang yang berada dib atas lantai.
2.    Desain atau dramatik, dalam menggarap sebuah tari, baik yang berbentuk tari solo atau dramatik,untuk mendapatkan kebutuhan garapan harus di perhatikan desain dramatik. Ada dua macam desain dramatik yaitu yang berbentuk kerucut tunggal dan kerucut ganda.
3.    Desain kelompok koreografi masih memerlukan satu desain lagi yaitu desain kelompok. Desain kelompok ini bisa di garap dengan menggunakan desain lantai, desain atas/desain musik sebagai dasar, atau dapat di dasarkan oleh ketiga-tiganya.
4. Dinamika
Dinamika adalah kekuatan yang menyebabkan gerak tari menjadi hidup dan menarik. Dengan perkataan lain di namakan dapat diibaratkan sebagai jiwa emosial dari gerak. Dinamika bisa di wujudkan dari bermacam-macam teknik, pergantian level yang di atur sedemikian rupa dari tinggi, sedang, dan rendah. Pergantian tempo dari lambat kecepat, pergantian tekanan dan cara menggerakan badan dari lemah ke yang kuat.
5. Tema
Dalam penggarapan tari hal-hal apa saja yang dapat di jadikan sebagai tema. Misalnya dari kejadian kehidupan sehari-hari, pengalaman hidup, cerita drama, cerita kepahlawanan, legenda. Namun demekian, tema haruslah merupakan sesuatu yang lazim bagi semua orang. Karena tujuan dari sini adalah komunikasi antara karya seni dengan masyarakat penikmatnya. Tema juga merupakan suatu hasil gerak yang timbul berasal dari apa yang dilihat, didengar, dipikir, dan didasarkan penari.
6. Tata Rias
Menurut RMA Harymawan (2013:29-30) (dalam Suci Paramita Agustini) tata rias asalah seni menggunakan bahan-bahan kosmetik untuk mewujudkan wajah peranan. Tugas rias adalah memberikan bantuan dengan jalan memberikan dandanan atauperubahan-perubahan pada para pemain. Rias berhasil baik jika pemain-pemain mempunyai syarat-syarrat watak, tipe, dan keahlian yang di butuhkan oleh peranan yang akan di lakukan. Kegunaan tata rias dalam pertunjukan adalah : merias tubuh manusia artinya merubah yang alamiah (nature) menjadi yang budaya (culture) dengan prinsip mendapatkan yang tepat. Mengatasi efek tata lampu yang kuat, membuat kepala sesuai dengan peranan yang di kehendaki
7. Kostum
Kostum pentas semua pemakaian, seperti tutup kapala dan perlengkapan-perlengkapan lainnya, baik itu kelihatan semua ataupun tidak kelihatan oleh penonton. Kostum di golongkan lima bagian antara lain: pakaian dasar, pakaian kaki, pakaian kepala, perlengkapan-perlengkapan dada atau aksesoris.
8. Tata Cahaya
Tata cahaya dalam penata lampu akan berkaitan dengan kontum yang akan di pikir para penari. Jadi antara cahaya dan tari saling berkaitan maka dari itu sinepanata tari bisa menyesuaikannya.
9. Properti
Properti adalah perlengkapan yang tidak termasuk kostum, tidak termasuk pula perlengkapan panggung tetapi merupakan perlengkapan yang ikut di tarikan oleh penari. Misalnya kursi, kipas, pedang, tombak, panah, selendang, atau sapu tangan dan sebagainya. Penggunanya harus hati-hati dan teliti agar tidak terjadi kesalahan.



10. Staging (  Pemanggungan)
Staging (pemanggungan), staging timbul bersama-sama timbulnya tari karena membutuhkan ruang dan waktu dalam suatu pertunjukan tari selain tempat dan ruang, diperlukan pula perlengkapan-perlengkapan lainya agar dapat menimbulkan efek-efek tertentu sehingga tarian yang di sajikan nampak menarik
11. Penonton
Penonton termasuk unsur penting dalam pementasan. Bagaimana pun sempurnaya persiapan, kalau tidak ada penonton rasa nya tidak di mainkan. Penonton adalah orang yang hadir untuk penyaksikan suatu pertuunjukan. Jadi, segala unsur yang telah di sebutkan sebelumnya pada akhirnya untuk penonton. (http://dahlanforum.wordpress.com/2009/08/10/istilah- istilah-dalam-bidang-seni-teater/)
2.2 Kajian Relevan
            Berdasarkan telaah perpustakaan yang telah peneliti lakukan ada beberapa hasil penelitian yang relevan antara lain :
            Skripsi Nella Rahmanita Wati (2013) Pertunjukan Tari Kreasi Bujang Enceh Dare Melayu di Sanggar Balairung Art Production (BAP) Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Yang membahas tentang Bagaimanakah pertunjukan tari kreasi Bujang Enceh Dare Melayu Di Sanggar Balairung Art Production. Penelitian yang di gunakan adalah kuntitatif dengan metode deskriptif analisis. Sedangkan tekhink pengumpulan data yaitu menggunakan Observasi non partisipan.Yang menjadi acuan penulis dari sripsi Nella Rahmanita Wati adalah mengetahui Bagaimanakah pertunjukan tari kreasi Bujang Enceh Dare Melayu Di Sanggar Balairung Art Production.
Yuwaidah (2011) Tradisi Tari Tandak Tanjung Selukup di Desa Teluk Kecamatan Kuala Kampar Kabupaten Pelalawan. Pokok permasalahan yang di angkat dalam permasalahan ini yaitu  unsur-unsur tari apa sajakah yang terdapat dalam Tari Tandak Tanjung Selikup di Desa Teluk Kecamatan Kuala Kampar Kabupaten Pelalawan. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya pergeseran pada Tari Tandak Tanjung Selikup di Desa Teluk Kecamatan Kuala Kampar  Kabupaten Pelalawan. Metode penelitian yang digunakan  adalah metode deskriptif analisis dan menggunakan data kualitatif, yaitu penelitian dilakukan dengan cara pendekatan, teknik pengumpulan datanya menggunakan observasi nonpartisivan, karena observasinya tidak terlibat lansung ke daerah objek penelitian, yang menjadi acuan pentulis dari skripsi Yuwaidah yaitu teknik pengumpulan datanya karena sesuai dengan proposal penulis gunakan.Yang menjadi acuan penulis dari sripsi Yuwaidah adalah unsur-unsur tari apa sajakah yang terdapat dalam Tari Tandak Tanjung Selikup di Desa Teluk Kecamatan Kuala Kampar Kabupaten Pelalawan. Serta Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya pergeseran pada Tari Tandak Tanjung Selikup di Desa Teluk Kecamatan Kuala Kampar  Kabupaten Pelalawan.
Minarni (2007) dengan judul “ pertunjukan Silat Penyambutan Tamu Dalam Tradisi Masyrakat Suku Bonai Desa Ulak Panian Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu” Yang membahas permasalahan tentang bagaimana pertunjukan silat Penyambutan Tamu Dalam Tradisi Masyrakat Suku Bonai Desa Ulak Panian Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu. Metodologi penelitian yang di gunakan deskripsi analisis menggunakan data kualitatif. Penulis mengambil acuan dari skripsi Minarni mengenai toeri pertunjukan.
Penelitian yang dilakukan oleh Sefthi Amaliyah (2011) “Tradisi Serentak Manugal Ladang Kasang di Desa Sungai Pagar Kecamatan Kampar Kiri Hilir Kabupaten Kampar”, permasalaan yang di angkat dalam penelitian ini yaitu bagaimana mana bentuk pelaksanaan dan keberadaan tradisi Manugal Lading Kasang di Desa Sungai Pagar Kecamatan Kampar Kiri Hilir Kabupaten Kampar. Metode penelitian yang digunakan  adalah metode deskriptif, yang menjadi acuan penulis dari penelitian Sefthi Amaliyah yaitu bentuk pelaksanaannya. Yang menjadi acuan penulis dari sripsi Sefthi Amaliyah adalahpermasalaan yang di angkat dalam penelitian ini yaitu bagaimana mana bentuk pelaksanaan dan keberadaan tradisi Manugal Lading Kasang di Desa Sungai Pagar Kecamatan Kampar Kiri Hilir Kabupaten Kampar.
Penelitan yang dilakukan oleh Indah Yuni Pengestu  (2001) tari silat pengean di Desa Kulim Kecamatan Bukit Raya Kota Madya Pekanbaru. Yang membahas tentang permasalahan bagaimana pertunjukan tari silat pangean di Desa Kulim Kecamatan Bukit Raya Kota Madya Pekanbaru. Metodologi penelitian yang di gunakan deskripsi analisis menggunakan data kualitatif penulis menganbil acuan dari Indah Yuli Pangestu mengenai teori pertunjukan.
Dari semua kajian relevan diatas secara teoritis mempunyai hubungan yang relevansi dengan penelitian ini, secara konseptual dapat dijadikan sebagai acuan bagi penulis Karena menggunakan metode yang sama dengan rumusan yang sama,dan  acuan buku yang berbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar