BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dari
uraian telaah pustaka telah dijelaskan mengenai pentingnya peranan akuntansi
mulai dari pengertian akuntansi itu sendiri pada umumnya dan konsep dasar
akuntansi serta prinsip dasar akuntansi itu sendiri. Pada bab ini akan
dijelaskan mengenai penerapan akuntansi yang dilakukan dalam kegiatan usahanya
yang diperoleh dari hasi survey, wawancara, observasi maupun koesioner pada
masing-masing peternak puyuh dikecamatan Tenayan Raya Pekanbaru.
A.
Pengenalan
Dan Penggunaan Akuntansi
Peranan
akuntansi sangat penting dalam membantu pengambilan keputusan baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam perusahaan. Tersedianya laporan keuangan
dikalangan pengusaha kecil telah menjadi suatu keharusan. Semua informasi yang
terangkum dalam laporan keuangan tersebut mempunyai peranan penting untuk
mencapai keberhasilan usahanya dikarenakan informasi akuntansi dapat menjadi
dasar yang ada bagi pengambilan keputusan ekonomi dalam pengelolaan usaha
kecil, antara lain keputusan pengembangan pasar, penetapan harga dan lain-lain.
Untuk
lebih jelasnya mengenai pengenalan dan penggunaan akuntansi pada usaha telur
puyuh dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel V.1
Pengenalan Dan Penggunaan
Akuntansi
Tahun 2012
No
|
Respon Responden
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
Mengenal istilah akuntansi dan
menerapkannya
|
17
|
100 %
|
2
|
Tidak
mengenal istilah akuntansi dan tidak menerapkannya
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
17
|
100%
|
Sumber:
Data hasil penelitian Lapangan
Dari
tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden yang mengetahui istilah akuntansi
berjumlah 17 responden sebanyak 100%. Berdasarkan informasi diatas diketahui
bahwa pada umumnya responden telah mengetahui istilah akuntansi, akan tetapi
menurut hasil penelitian yang telah penulis lakukan, penggunaan akuntansi yang
dilakukan responden masih bersifat sederhana dan belum melakukan pencatatan
akuntansi yang baik dan benar.
B.
Pemahaman
Variabel Neraca
Dibawah
ini merupakan pembahasan dari pemahaman variabel akuntansi yaitu variabel
laporan nerca yang akan diteliti, yaitu kas, piutang, dan hutang yang dilakukan
oleh pengusaha puyuh dalam menjalankan usahanya yanga kan disajikan dalam
bentuk tabulasi.
a.
Kas
Dari
hasil penelitian yang dilakukan, pada umumnya responden telah melakukan
pencatatan terhadap penerimaan dan pengeluaran kas. Namun didalam melakukan
pencatatan kas itu sendiri belum dilaksanakan dengan baik. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel V. 2 berikut ini:
Tabel V. 2
Buku Pencatatan Penerimaan Dan Pengeluaran Kas
Tahun 2012
No
|
Buku Pencatatan Penerimaan dan
Pengeluaran Kas
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
Melakukan pencatatan terhadap
penerimaan dan pengeluaran kas
|
17
|
100 %
|
2
|
Tidak
Melakukan pencatatan terhadap penerimaan dan pengeluaran kas
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
17
|
100%
|
Sumber:
Data hasil penelitian Lapangan
Berdasarkan
tabel diatas terlihat bahwa yang
melakukan pencatatan terhadap penerimaan dan pengeluaran kas berjumlah 17
responden atau 100%. Dan menurut data yang peneliti peroleh bahwasanya 2
responden yaitu Harun dan nasio
memisahkan buku pendapatan dengan pengeluaran.
Berdasarkan
informasi diatas dapat dinyatakan bahwa semua responden telah melakukan
pencatatan terhadap penerimaan dan
pengeluaran kas. Akan tetapi, cara mencatatnya sangat sederhana sekali. Hal ini
dapat terlihat bahwa penerimaan dan pengeluaran perusahaan disatukan dengan
penerimaan dan pengeluaran milik pribadi, yang dalam konsep akuntansi hal ini
dapat terlihat bahwa penerimaan dan pengeluaran perusahaan disatukan dengan
penerimaan dan pengeluaran milik pribadi, yang dalam konsep akuntansi hal itu
tidak diperbolehkan karena dapat membantu laporan keuangan sehingga tidak
mencerminkan posisi keuangan perusahaan yang sebenarnya karena telah
menggabungkan penerimaan dan pengeluaran kas milik perusahaan dengan pribadi.
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh penulis, pencatatan buku
penerimaan dan pengeluaran hanya bisa dipahami oleh pengusaha puyuh itu sendiri
dan tidak bisa dipahami oleh pihak ekstern lainnya.
Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel V. 3 berikut:
Tabel V. 3
Pemisahan
Pencatatan Keuangan Perusahaan
Dengan Keuangan Rumah Tangga Responden
Tahun 2012
No
|
Respon Responden
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
Memisahkan pencatatan keuangan
perusahaan dengan keuangan rumah
tangga
|
12
|
71%
|
2
|
Tidak memisahkan pencatatan keuangan
perusahaan dengan keuangan rumah tangga
|
5
|
29%
|
|
Jumlah
|
17
|
100%
|
Sumber:
Data hasil penelitian Lapangan
Berdasarkan
tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 17 responden yang melakukan pemisahan
pencatatan keuangan perusahaan dengan keuangan rumah tangga berjumlah 12
responden atau 71% dan 5 responden atau 29% yang menggabungkan antara keuangan
perusahaan dengan
keuangan rumah tangga. Hal ini akan mempengaruhi dalam perhitungan laba-rugi
usaha dimana biaya yang diperhitungkan dalam menghitung laba atau rugi usaha
akan semakin besar.
Dari
hasil wawancara diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pencatatan penerimaan dan
pengeluaran kas yang dilakukan responden tidak dapat menghasilkan informasi
keuangan yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan karena tidak dapat
dipahami dan dimengerti oleh pemakai keuangan tersebut khususnya pihak ekstern
perusahaan. Laporan keuangan dapat dikatakan sebagai informasi yang berguna
bagi perusahaan apabila dipahami dan dimengerti oleh pihak-pihak yang
berkepentingan baik itu pihak intern maupun ekstern perusahaan.
Sebaiknya
pencatatan terhadap penerimaan dan pengeluaran kas harus dilakukan dengan benar
dan dapat dipahami oleh berbagai pihak yang memerlukannya dengan cara
memisahkan antara penerimaan dan pengeluaran kas milik perusahaan dengan
penerimaan dan pengeluaran kas milik pribadi dan juga antara uang masuk dan
uang keluar agar tidak terjadinya kesimpang siuran terhadap kas tersebut pada
setiap terjadinya transaksi, karena kas adalah aktiva yang paling likuid dan
dalam konsep akuntansi lebih ditekankan sebagai alat ukur yang sifatnya dapat
segera dipergunakan untuk melakukan pembayaran-pembayaran pada setiap saat
dikehendaki, selain itu harus dilakukan pengawasan secara terus-menerus baik terhadap
pengelola maupun pencatatan kas, termasuk pembuatan laporan harian. Seperti
halnya perusahaan kecil apalagi pada perusahaan yang menggunakan tenaga kasir
sehingga tidak terjadi kecurigaan dan kecurangan terhadap kas tersebut.
b.
Piutang
Pengetahuan
tentang piutang juga pada umumnya sudah dikenal oleh responden. Namun untuk
pencatatan terhadap piutang tersebut masih ada yang tidak melakukan
pencatatannya, hanya berdasarkan pemikiran dan ingatan pada saat terjadinya
piutang tersebut. Untuk lebih jelasny dapat dilihat pada tabel V. 4 berikut
ini:
TABEL V. 4
Buku Pencatatan
Piutang Responden
Tahun 2012
No
|
Buku Pencatatan Hutang
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
Melakukan pencatatan terhadap piutang
|
9
|
53%
|
2
|
Tidak melakukan pencatatan terhadap
piutang
|
8
|
47%
|
|
Jumlah
|
17
|
100%
|
Sumber:
Data hasil penelitian Lapangan
Berdasarkan
tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang melakukan pencatatan terhadap
piutang berjumlah 9 responden yaitu 53 %, sedangkan responden yang tidak
melakukan pencatatan terhadap piutang berjumlah 8 responden yaitu 47%.
Berdasarkan
informasi diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden melakukan
pencatatan terhadap piutang, tetapi ada juga responden yang tidak melakukan
pencatatan terhadap piutang hal ini dapat mengakibatkan kecilnya pendapatan
yang diterima. Agar maching konsep dapat diterapkan sehingga dapat menghubungkan antara
pendapatan yang diterima dan beban yang dikeluarkan oleh responden.
c.
Persediaan
Pengetahuan
akan persediaan pada umumnya sudah dikenal oleh responden. Hal ini dapat diketahui dari wawancara
yang telah lakukan
oleh penulis bahwa para responden mengetahui atau mengenal persediaan tersebut.
Namun
pencatatan terhadap persediaan masih tidak dilakukan. Padahal pencatatan
persediaan sangat penting bagi perusahaan kecil, agar mereka mengetahui stock
persediaan yang ada atau persediaan yang sudah hampir habis atau apkir.
Dari
hasil wawancara yang penulis lakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa pengusaha
puyuh tidak melakukan pencatatan terhadap persediaan yang ada pada perusahaannya,
akibatnya mereka tidak mengetahui stock persediaan yang ada (persediaan awal),
persediaan habis (persediaan yang dijual), maupun persediaan yang tersisa
(persediaan akhir) sehingga mereka tidak dapat menghasilkan informasi keuangan
yang berguna bagi perusahannya terutama persediaan barang dagangannya.
Sebaiknya
responden membuat dan melakukan pencatatan terhadap stock persediaan produknya
dikarenakan dengan adanya pencatatan tersebut pihak eksteren dapat mengetahui
semua yang berhubungan dengan persediaan produknya. Selain itu juga, persediaan
yang ada nantinya menyangkut biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama
periode tertentu dan menyangkut biaya operasi yang dapat diterapkan pada
pendapatan, dan diakui sebagai beban selama periode laporan keuangan.
Dari
penjelasan tersebut dapat dilihat pentingnya stock persediaan dibuat,
dikarenakan persediaan berkaitan dengan laporan keuangan, agar menghasilkan
laporan keuangan yang berguna bagi perusahaan.
d.
Hutang
Pada
umumnya responden mengetahui akan hutang. Akan tetapi dalam pencatatannya masih
banyak responden yang tidak melakukan pencatatan akan hutang tersebut,
prncatatan akan hutang tersebut hanya berdasarkan faktur-faktur pada saat
terjadinya hutang. Untuk melihat lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel V. 5 berikut:
Tabel V. 5
Buku Pencatatan
Hutang
Tahun 2012
No
|
Buku Pencatatan Hutang
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
Mempunyai buku pencatatan hutang
|
6
|
35%
|
2
|
Tidak mempunyai buku pencatatan hutang
|
11
|
65%
|
|
Jumlah
|
17
|
100%
|
Sumber:
Data hasil penelitian Lapangan
Berdasarkan
tabel diatas menunjukkan bahwa dari 17 responden, hanya 6 responden atau
sebesar 35% responden mempunyai buku pencatatan hutang, selebihnya sebanyak 11
responden atau sebesar 65% tidak mempunyai buku pencatatan hutang.
Dari
informasi diatas, diketahui bahwa ada sebagian responden yang melakukan
pencatatan terhadap hutang dan ada sebagian responden yang tidak melakukan
pencatatan tersebut. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh penulis, bahwa
responden yang melakukan pencatatan terhadap hutang tersebut dikarenakan adanya
transaksi-transaksi yang terjadi secara kredit, sehingga sulit bagi mereka jika hanya
mengandalkan faktur atau bukti-bukti saja tanpa dilakukannya suatu pencatatan,
dan bagi responden yang tidak melakukan pencatatan terhadap hutang menurut
hasil wawancara yang telah dilakukan oleh penulis, hal ini dikarenakan
transaksi yang terjadi dilakukan secara tunai, dan kalaupun ada dilakukan
secara kredit (berhutang) itu hanya berdasarkan ingatan pengusaha tersebut.
C.
Pemahaman
Variabel Laporan Laba Rugi
Setelah
membahas mengenai pemahaman variabel akuntansi pada laporan neraca, dalam hal
ini akan dibahas lagi mengenai pemahaman variabel laporan laba-rugi yang juga
berguna bagi usaha tanaman hias dalam menjalankan usahanya.
a.
Laba-Rugi
Perhitungan
laba-rugi dalam usaha sangat
perlu dilakukan, karena dengan mengetahui laba atau rugi usaha yang dijalankan,
pengusaha puyuh akan mengetahui tingkat kelangsungan hidup usahanya.
Dari
hasil penelitian yang dilakukan penulis, responden pengusaha puyuh dikecamatan
Tenayan Raya Pekanbaru telah melakukan perhitungan laba rugi usahanya. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel V. 6 berikut:
Tabel V. 6
Respon Responden
Yang Membuat Perhitungan
Laba-Rugi Tahun 2012
No
|
Perhitungan Laba-Rugi
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
17
|
100%
|
|
2
|
Tidak melakukan perhitungan Laba-Rugi
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
17
|
100%
|
Sumber:
Data hasil penelitian Lapangan
Berdasarkan
tabel diatas diketahui bahwa semua pengusaha kecil puyuh telah melakukan
pencatatan terhadap laba-rugi yang berjumlah 17 responden atau 100%.
Adapun
komponen-komponen yang diperhitungkan dalam perhitungan laba rugi antara lain
pembelian persediaan pakan ternak, gaji karyawan, biaya listrik, biaya
bensin/solar, pengeluaran Rumah Tangga, pembelian obat dan vit. Ternak.
Dari
informasi diatas diketahui perhitungan laba-rugi terhadap usaha yang dijalankan
sangat perlu, sehingga mereka menerapkan perhitungan laba-rugi pada usahanya.
Usaha ini membuat laporan laba-rugi tetapi tidak sesuai dengan konsep dasar
akuntansi seperti konsep dasar kesatuan usaha, dan dasar pencatatan.
b.
Pendapatan
Untuk
variabel pendapatan, pengusaha puyuh sudah mengetahui dan mengenal dengan baik
dan begitu juga dengan
pencatatan yang dilakukan pengusaha puyuh telah menerapkannya dengan baik.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel V. 7 berikut ini:
Tabel V. 7
Pencatatan Pendapatan
Responden
Tahun 2012
No
|
Pencatatan pendapatan
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
Responden yang menerapkan pencatatan
pendapatan
|
17
|
100%
|
2
|
Responden yang tidak menerapkan
pencatatan pendapatan
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
17
|
100%
|
Sumber:
Data hasil penelitian Lapangan
Dari
tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden telah menerapkan pencatatan
pendapatan yaitu berjumlah 17 responden atau 100%.
Dari
informasi diatas, dapat dilihat sebagian besar responden telah melakukan
pencatatan dengan baik. Menurut hasil wawancara yang telah dilakukan oleh
penulis, responden wajib melakukan pencatatan terhadap penjualan tersebut
dikarenakan pendapatan merupakan sumber utama dari usahanya.
Dari
wawancara tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa buku pencatatan terhadap
pendapatan sangat dibutuhkan bagi usaha ini, karena merupakan arus masuk bruto
dari manfaat ekonomis dan merupakan bagian dari operasi utama atau operasi
sentral dari suatu perusahaan, sehingga tanpa adanya pendapatan yang baik
perusahaan tidak akan bertahan dalam waktu yang lama.
c.
Biaya
– Biaya Dalam Perhitungan Laba-Rugi
Dalam
menerapkan perhitungan laba-rugi responden, terdapat beberapa biaya yang akan
diperhitungkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel V. 8 berikut:
Tabel V. 8
Biaya-Biaya Dalam Perhitungan Laba Rugi Responden
Tahun 2012
No
|
Biaya
Dalam Perhitungan Laba Rugi
|
Ya
|
Tidak
|
Jumlah
|
Persentase
Ya
|
Persentase
Tidak
|
1
|
Pembelian pakan
|
17
|
-
|
17
|
100%
|
-
|
2
|
Pembayaran gaji
|
7
|
10
|
17
|
41%
|
59%
|
3
|
Biaya listrik
|
11
|
6
|
17
|
65%
|
35%
|
4
|
Biaya minyak bensin
|
2
|
15
|
17
|
12%
|
88%
|
5
|
Pengeluaran rumah tangga
|
5
|
12
|
17
|
29%
|
71%
|
6
|
Biaya minyak solar
|
5
|
12
|
17
|
29%
|
71%
|
7
|
Pembelian obat/vitamin
|
13
|
4
|
17
|
76%
|
24%
|
Sumber:
Data hasil penelitian Lapangan
Berdasarkan
tabel diatas diketahui bahwa biaya-biaya yang dimasukkan responden dalam
memperhitungkan laba-rugi, diantaranya pembelian pakan berjumlah 17 responden
yaitu 100%, pembayaran upah berjumlah 7 responden yaitu 41%, biaya listrik 11
responden yaitu 65%, biaya minyak bensin 1 responden yaitu 12%, biaya
pengeluaran rumah tangga 5 responden yaitu 29%, biaya minyak solar 5 responden
yaitu 29%, dan biaya pembelian
obat-obatan dan vitamin 13 responden atau 76%.
Dari
informasi diatas diketahui bahwa pengusaha puyuh dalam membuat laporan laba
rugi belum tepat atau belum memenuhi konsep-konsep dasar akuntansi yaitu konsep
penandingan dan konsep kesatuan usaha, karena memasukkan pengeluaran rumah
tangga dalam perhitungan laba rugi. Dengan memasukkan pengeluaran rumah tangga,
maka akibatnya laporan laba rugi yang telah dibuat tersebut belum atau tidak
menunjukkan hasi sebenarnya. Besarnya kerugian atau kecilnya keuntungan dapat
terjadi dan bukanlah hasil sebenarnya, dikarenakan pengusaha puyuh tersebut
memasukkan biaya-biaya yang tidak seharusnya dimasukkan dalam perhitungan laba
rugi.
d.
Periode
Perhitungan Laba Rugi
Dari
hasil penelitian diketahui bahwa, dari masing-masing pengusaha puyuh dalam
melakukan perhitungan laba rugi terdapat perbedaan, terutama pada masa
melakukan perhitungan tersebut. Untuk melihat lebih jelas jangka waktu
perhitungan laba rugi yang dilakukan pengusaha tahu dapat dilihat pada tabel V.
9 berikut:
Tabel V. 9
Periode Perhitungan Laba Rugi
Tahun 2012
No
|
Periode Pelaporan Perhitungan Laba
Rugi
|
Jumlah
|
1
|
Satu tahun sekali
|
-
|
2
|
Satu bulan sekali
|
17
|
3
|
Satu minggu sekali
|
-
|
Sumber:
Data hasil penelitian Lapangan
Berdasarkan tabel
tersebut diketahui bahwa, sebagian besar responden melakukan periode pelaporan
perhitungan laba-rugi.
Responden yang melakukan periode pelaporan perhitungan laba rugi satu bulan sekali yaitu sebanyak
17 responden.
e.
Kebutuhan
Responden Terhadap Sistem Pembukuan
Dari hasil yang telah
dilakukan bahwa, dimana pada umumnya pengusaha puyuh membutuhkan sistem pembukuan yang dapat
membantu dalam menjalankan usahanya, dapat dilihat pada tabel V. 10 berikut:
Tabel V. 10
Kebutuhan Terhadap Pembukuan
Tahun 2012
No
|
Respon Responden
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
Membutuhkan
sistem pembukuan
|
17
|
100%
|
2
|
Tidak
membutuhkan sistem pembukuan
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
17
|
100%
|
Sumber:
Data hasil penelitian Lapangan
Berdasarkan
tabel diatas seluruh responden membutuhkan sistem pembukuan, hal ini
dikarenakan mereka mengetahui manfaat pentingnya pembukuan didalam menjalankan
usaha. Ini berarti sistem pembukuan tidak hanya dibutuhkan oleh perusahaan
besar saja tetapi juga dibutuhkan oleh perusahaan kecil.
f.
Analisis
Penerapan Konsep Dasar Akuntansi
Berdasarkan tabel V. 1
dan V. 2 buku pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas bahwa, pengusaha puyuh
sudah hampir semuanya menggunakan buku untuk mencatat penerimaan dan
pengeluaran kas akan tetapi pencatatan yang dilakukan oleh pengusaha puyuh
tersebut belum tepat.
Pencatatan
penerimaan dan pengeluaran kas yang dilakukan oleh pengusaha puyuh masih belum
teratur. Dalam pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas belum sesuai dengan
konsep-konsep dasar akuntansi yaitu pada konsep kesatuan usaha. Hal ini dapat
dilihat dari pengusaha tahu yang masih menggabungkan pengeluaran pribadi dengan
pengeluaran perusahaan. Pada tabel V. 3 pemisahan keuangan perusahaan dengan
keuangan rumah tangga, berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa
12 perusahaan atau 71% yang melakukan pemisahan pencatatan keuangan perusahaan
dengan keuangan rumah tangga dan 5 pengusaha atau 29% yang menggabungkan antara
keuangan perusahaan dengan keuangan rumah tangga, sehingga tidak sesuai dengan
konsep-konsep dasar yaitu konsep Business entity.
Berdasarkan
tabel V. 4 dapat dilihat bahwa pengusaha tahu yang melakukan pencatatan hutang
berjumlah 6 pengusaha ternak puyuh dan 11 pengusaha ternak puyuh yang tidak
melakukan pencatatan hutang. Berdasarkan informasi dari penelitian, hal
tersebut disebabkan karena barang yang dibeli secara kredit oleh pengusaha
tersebut hanya satu jenis barang saja yaitu ransum ternak.
Berdasarkan
tabel V. 6 pencatatan terhadap
perhitungan laba rugi. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan bahwa,
pengusaha ternak puyuh di Kecamatan Tenayan Raya sangat memerlukan perhitungan
laba rugi untuk mengetahui keuntungan dan kerugian yang terjadi dalam satu
periode dan terus beroperasi dalam jangka waktu yang lama. Perhitungan laba
rugi yang dilakukan oleh pengusaha puyuh masih sangat sederhana dengan cara
membandingkan antara pendapatan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar