Kamis, 30 April 2015

ANALISIS PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PADA USAHA PETERNAKAN TELUR PUYUH BAB V



BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dari uraian telaah pustaka telah dijelaskan mengenai pentingnya peranan akuntansi mulai dari pengertian akuntansi itu sendiri pada umumnya dan konsep dasar akuntansi serta prinsip dasar akuntansi itu sendiri. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai penerapan akuntansi yang dilakukan dalam kegiatan usahanya yang diperoleh dari hasi survey, wawancara, observasi maupun koesioner pada masing-masing peternak puyuh dikecamatan Tenayan Raya Pekanbaru.
A.      Pengenalan Dan Penggunaan Akuntansi
Peranan akuntansi sangat penting dalam membantu pengambilan keputusan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam perusahaan. Tersedianya laporan keuangan dikalangan pengusaha kecil telah menjadi suatu keharusan. Semua informasi yang terangkum dalam laporan keuangan tersebut mempunyai peranan penting untuk mencapai keberhasilan usahanya dikarenakan informasi akuntansi dapat menjadi dasar yang ada bagi pengambilan keputusan ekonomi dalam pengelolaan usaha kecil, antara lain keputusan pengembangan pasar, penetapan harga dan lain-lain.
Untuk lebih jelasnya mengenai pengenalan dan penggunaan akuntansi pada usaha telur puyuh dapat dilihat pada tabel berikut ini:


Tabel V.1
Pengenalan Dan Penggunaan Akuntansi
Tahun 2012

No
Respon Responden
Jumlah
Persentase
1
Mengenal istilah akuntansi dan menerapkannya
17
100 %
2
Tidak  mengenal istilah akuntansi dan tidak menerapkannya
-
-

Jumlah
17
100%
Sumber: Data hasil penelitian Lapangan
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden yang mengetahui istilah akuntansi berjumlah 17 responden sebanyak 100%. Berdasarkan informasi diatas diketahui bahwa pada umumnya responden telah mengetahui istilah akuntansi, akan tetapi menurut hasil penelitian yang telah penulis lakukan, penggunaan akuntansi yang dilakukan responden masih bersifat sederhana dan belum melakukan pencatatan akuntansi yang baik dan benar.
B.       Pemahaman Variabel Neraca
Dibawah ini merupakan pembahasan dari pemahaman variabel akuntansi yaitu variabel laporan nerca yang akan diteliti, yaitu kas, piutang, dan hutang yang dilakukan oleh pengusaha puyuh dalam menjalankan usahanya yanga kan disajikan dalam bentuk tabulasi.
a.        Kas
Dari hasil penelitian yang dilakukan, pada umumnya responden telah melakukan pencatatan terhadap penerimaan dan pengeluaran kas. Namun didalam melakukan pencatatan kas itu sendiri belum dilaksanakan dengan baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel V. 2 berikut ini:


Tabel V. 2
Buku Pencatatan Penerimaan Dan Pengeluaran Kas
Tahun 2012

No
Buku Pencatatan Penerimaan dan Pengeluaran Kas
Jumlah
Persentase
1
Melakukan pencatatan terhadap penerimaan dan pengeluaran kas
17
100 %
2
Tidak  Melakukan pencatatan terhadap penerimaan dan pengeluaran kas
-
-

Jumlah
17
100%
Sumber: Data hasil penelitian Lapangan
Berdasarkan tabel diatas terlihat  bahwa yang melakukan pencatatan terhadap penerimaan dan pengeluaran kas berjumlah 17 responden atau 100%. Dan menurut data yang peneliti peroleh bahwasanya 2 responden yaitu Harun dan  nasio memisahkan buku pendapatan dengan pengeluaran.
Berdasarkan informasi diatas dapat dinyatakan bahwa semua responden telah melakukan pencatatan  terhadap penerimaan dan pengeluaran kas. Akan tetapi, cara mencatatnya sangat sederhana sekali. Hal ini dapat terlihat bahwa penerimaan dan pengeluaran perusahaan disatukan dengan penerimaan dan pengeluaran milik pribadi, yang dalam konsep akuntansi hal ini dapat terlihat bahwa penerimaan dan pengeluaran perusahaan disatukan dengan penerimaan dan pengeluaran milik pribadi, yang dalam konsep akuntansi hal itu tidak diperbolehkan karena dapat membantu laporan keuangan sehingga tidak mencerminkan posisi keuangan perusahaan yang sebenarnya karena telah menggabungkan penerimaan dan pengeluaran kas milik perusahaan dengan pribadi. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh penulis, pencatatan buku penerimaan dan pengeluaran hanya bisa dipahami oleh pengusaha puyuh itu sendiri dan tidak bisa dipahami oleh pihak ekstern lainnya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel V. 3 berikut:
Tabel V. 3
Pemisahan Pencatatan Keuangan Perusahaan
Dengan Keuangan Rumah Tangga Responden
Tahun 2012

No
Respon Responden
Jumlah
Persentase
1
Memisahkan pencatatan keuangan perusahaan dengan keuangan  rumah tangga
12
71%
2
Tidak memisahkan pencatatan keuangan perusahaan dengan keuangan rumah tangga
5
29%

Jumlah
17
100%
Sumber: Data hasil penelitian Lapangan
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 17 responden yang melakukan pemisahan pencatatan keuangan perusahaan dengan keuangan rumah tangga berjumlah 12 responden atau 71% dan 5 responden atau 29% yang menggabungkan antara keuangan perusahaan dengan keuangan rumah tangga. Hal ini akan mempengaruhi dalam perhitungan laba-rugi usaha dimana biaya yang diperhitungkan dalam menghitung laba atau rugi usaha akan semakin besar.
Dari hasil wawancara diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas yang dilakukan responden tidak dapat menghasilkan informasi keuangan yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan karena tidak dapat dipahami dan dimengerti oleh pemakai keuangan tersebut khususnya pihak ekstern perusahaan. Laporan keuangan dapat dikatakan sebagai informasi yang berguna bagi perusahaan apabila dipahami dan dimengerti oleh pihak-pihak yang berkepentingan baik itu pihak intern maupun ekstern perusahaan.
Sebaiknya pencatatan terhadap penerimaan dan pengeluaran kas harus dilakukan dengan benar dan dapat dipahami oleh berbagai pihak yang memerlukannya dengan cara memisahkan antara penerimaan dan pengeluaran kas milik perusahaan dengan penerimaan dan pengeluaran kas milik pribadi dan juga antara uang masuk dan uang keluar agar tidak terjadinya kesimpang siuran terhadap kas tersebut pada setiap terjadinya transaksi, karena kas adalah aktiva yang paling likuid dan dalam konsep akuntansi lebih ditekankan sebagai alat ukur yang sifatnya dapat segera dipergunakan untuk melakukan pembayaran-pembayaran pada setiap saat dikehendaki, selain itu harus dilakukan pengawasan secara terus-menerus baik terhadap pengelola maupun pencatatan kas, termasuk pembuatan laporan harian. Seperti halnya perusahaan kecil apalagi pada perusahaan yang menggunakan tenaga kasir sehingga tidak terjadi kecurigaan dan kecurangan terhadap kas tersebut.
b.        Piutang
Pengetahuan tentang piutang juga pada umumnya sudah dikenal oleh responden. Namun untuk pencatatan terhadap piutang tersebut masih ada yang tidak melakukan pencatatannya, hanya berdasarkan pemikiran dan ingatan pada saat terjadinya piutang tersebut. Untuk lebih jelasny dapat dilihat pada tabel V. 4 berikut ini:
TABEL V. 4
Buku Pencatatan Piutang Responden
Tahun 2012

No
Buku Pencatatan Hutang
Jumlah
Persentase
1
Melakukan pencatatan terhadap piutang
9
53%
2
Tidak melakukan pencatatan terhadap piutang
8
47%

Jumlah
17
100%
Sumber: Data hasil penelitian Lapangan
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang melakukan pencatatan terhadap piutang berjumlah 9 responden yaitu 53 %, sedangkan responden yang tidak melakukan pencatatan terhadap piutang berjumlah 8 responden yaitu 47%.
Berdasarkan informasi diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden melakukan pencatatan terhadap piutang, tetapi ada juga responden yang tidak melakukan pencatatan terhadap piutang hal ini dapat mengakibatkan kecilnya pendapatan yang diterima. Agar maching konsep dapat diterapkan  sehingga dapat menghubungkan antara pendapatan yang diterima dan beban yang dikeluarkan oleh responden.
c.         Persediaan
Pengetahuan akan persediaan pada umumnya sudah dikenal oleh responden. Hal ini dapat diketahui dari wawancara yang telah lakukan oleh penulis bahwa para responden mengetahui atau mengenal persediaan tersebut.
Namun pencatatan terhadap persediaan masih tidak dilakukan. Padahal pencatatan persediaan sangat penting bagi perusahaan kecil, agar mereka mengetahui stock persediaan yang ada atau persediaan yang sudah hampir habis atau apkir.
Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa pengusaha puyuh tidak melakukan pencatatan terhadap persediaan yang ada pada perusahaannya, akibatnya mereka tidak mengetahui stock persediaan yang ada (persediaan awal), persediaan habis (persediaan yang dijual), maupun persediaan yang tersisa (persediaan akhir) sehingga mereka tidak dapat menghasilkan informasi keuangan yang berguna bagi perusahannya terutama persediaan barang dagangannya.
Sebaiknya responden membuat dan melakukan pencatatan terhadap stock persediaan produknya dikarenakan dengan adanya pencatatan tersebut pihak eksteren dapat mengetahui semua yang berhubungan dengan persediaan produknya. Selain itu juga, persediaan yang ada nantinya menyangkut biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode tertentu dan menyangkut biaya operasi yang dapat diterapkan pada pendapatan, dan diakui sebagai beban selama periode laporan keuangan.
Dari penjelasan tersebut dapat dilihat pentingnya stock persediaan dibuat, dikarenakan persediaan berkaitan dengan laporan keuangan, agar menghasilkan laporan keuangan yang berguna bagi perusahaan.
d.        Hutang
Pada umumnya responden mengetahui akan hutang. Akan tetapi dalam pencatatannya masih banyak responden yang tidak melakukan pencatatan akan hutang tersebut, prncatatan akan hutang tersebut hanya berdasarkan faktur-faktur pada saat terjadinya hutang. Untuk melihat lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel V. 5 berikut:
Tabel V. 5
Buku Pencatatan Hutang
Tahun 2012

No
Buku Pencatatan Hutang
Jumlah
Persentase
1
Mempunyai buku pencatatan hutang
6
35%
2
Tidak mempunyai buku pencatatan hutang
11
65%

Jumlah
17
100%
Sumber: Data hasil penelitian Lapangan
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 17 responden, hanya 6 responden atau sebesar 35% responden mempunyai buku pencatatan hutang, selebihnya sebanyak 11 responden atau sebesar 65% tidak mempunyai buku pencatatan hutang.
Dari informasi diatas, diketahui bahwa ada sebagian responden yang melakukan pencatatan terhadap hutang dan ada sebagian responden yang tidak melakukan pencatatan tersebut. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh penulis, bahwa responden yang melakukan pencatatan terhadap hutang tersebut dikarenakan adanya transaksi-transaksi yang terjadi secara kredit, sehingga sulit bagi mereka jika hanya mengandalkan faktur atau bukti-bukti saja tanpa dilakukannya suatu pencatatan, dan bagi responden yang tidak melakukan pencatatan terhadap hutang menurut hasil wawancara yang telah dilakukan oleh penulis, hal ini dikarenakan transaksi yang terjadi dilakukan secara tunai, dan kalaupun ada dilakukan secara kredit (berhutang) itu hanya berdasarkan ingatan pengusaha tersebut.
C.      Pemahaman Variabel Laporan Laba Rugi
Setelah membahas mengenai pemahaman variabel akuntansi pada laporan neraca, dalam hal ini akan dibahas lagi mengenai pemahaman variabel laporan laba-rugi yang juga berguna bagi usaha tanaman hias dalam menjalankan usahanya.



a.        Laba-Rugi
Perhitungan laba-rugi dalam usaha sangat perlu dilakukan, karena dengan mengetahui laba atau rugi usaha yang dijalankan, pengusaha puyuh akan mengetahui tingkat kelangsungan hidup usahanya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis, responden pengusaha puyuh dikecamatan Tenayan Raya Pekanbaru telah melakukan perhitungan laba rugi usahanya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel V. 6 berikut:
 Tabel V. 6
Respon Responden Yang Membuat Perhitungan
Laba-Rugi Tahun 2012

No
Perhitungan Laba-Rugi
Jumlah
Persentase
1
17
100%
2
Tidak melakukan perhitungan Laba-Rugi
-
-

Jumlah
17
100%
Sumber: Data hasil penelitian Lapangan
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa semua pengusaha kecil puyuh telah melakukan pencatatan terhadap laba-rugi yang berjumlah 17 responden atau 100%.
Adapun komponen-komponen yang diperhitungkan dalam perhitungan laba rugi antara lain pembelian persediaan pakan ternak, gaji karyawan, biaya listrik, biaya bensin/solar, pengeluaran Rumah Tangga, pembelian obat dan vit. Ternak.
Dari informasi diatas diketahui perhitungan laba-rugi terhadap usaha yang dijalankan sangat perlu, sehingga mereka menerapkan perhitungan laba-rugi pada usahanya. Usaha ini membuat laporan laba-rugi tetapi tidak sesuai dengan konsep dasar akuntansi seperti konsep dasar kesatuan usaha, dan dasar pencatatan.
b.        Pendapatan
Untuk variabel pendapatan, pengusaha puyuh sudah mengetahui dan mengenal dengan baik dan begitu juga dengan pencatatan yang dilakukan pengusaha puyuh telah menerapkannya dengan baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel V. 7 berikut ini:
Tabel V. 7
Pencatatan Pendapatan Responden
 Tahun 2012

No
Pencatatan pendapatan
Jumlah
Persentase
1
Responden yang menerapkan pencatatan pendapatan
17
100%
2
Responden yang tidak menerapkan pencatatan pendapatan
-
-

Jumlah
17
100%
Sumber: Data hasil penelitian Lapangan
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden telah menerapkan pencatatan pendapatan yaitu berjumlah 17 responden atau 100%.
Dari informasi diatas, dapat dilihat sebagian besar responden telah melakukan pencatatan dengan baik. Menurut hasil wawancara yang telah dilakukan oleh penulis, responden wajib melakukan pencatatan terhadap penjualan tersebut dikarenakan pendapatan merupakan sumber utama dari usahanya.
Dari wawancara tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa buku pencatatan terhadap pendapatan sangat dibutuhkan bagi usaha ini, karena merupakan arus masuk bruto dari manfaat ekonomis dan merupakan bagian dari operasi utama atau operasi sentral dari suatu perusahaan, sehingga tanpa adanya pendapatan yang baik perusahaan tidak akan bertahan dalam waktu yang lama.
c.         Biaya – Biaya Dalam Perhitungan Laba-Rugi
Dalam menerapkan perhitungan laba-rugi responden, terdapat beberapa biaya yang akan diperhitungkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel V. 8 berikut:
Tabel V. 8
Biaya-Biaya Dalam Perhitungan Laba Rugi Responden
Tahun 2012

No
Biaya Dalam Perhitungan Laba Rugi
Ya
Tidak
Jumlah
Persentase
Ya
Persentase
Tidak
1
Pembelian pakan
17
-
17
100%
-
2
Pembayaran gaji
7
10
17
41%
59%
3
Biaya listrik
11
6
17
65%
35%
4
Biaya minyak bensin
2
15
17
12%
88%
5
Pengeluaran rumah tangga
5
12
17
29%
71%
6
Biaya minyak solar
5
12
17
29%
71%
7
Pembelian obat/vitamin
13
4
17
76%
24%
Sumber: Data hasil penelitian Lapangan
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa biaya-biaya yang dimasukkan responden dalam memperhitungkan laba-rugi, diantaranya pembelian pakan berjumlah 17 responden yaitu 100%, pembayaran upah berjumlah 7 responden yaitu 41%, biaya listrik 11 responden yaitu 65%, biaya minyak bensin 1 responden yaitu 12%, biaya pengeluaran rumah tangga 5 responden yaitu 29%, biaya minyak solar 5 responden yaitu 29%, dan biaya pembelian obat-obatan dan vitamin 13 responden atau 76%.
Dari informasi diatas diketahui bahwa pengusaha puyuh dalam membuat laporan laba rugi belum tepat atau belum memenuhi konsep-konsep dasar akuntansi yaitu konsep penandingan dan konsep kesatuan usaha, karena memasukkan pengeluaran rumah tangga dalam perhitungan laba rugi. Dengan memasukkan pengeluaran rumah tangga, maka akibatnya laporan laba rugi yang telah dibuat tersebut belum atau tidak menunjukkan hasi sebenarnya. Besarnya kerugian atau kecilnya keuntungan dapat terjadi dan bukanlah hasil sebenarnya, dikarenakan pengusaha puyuh tersebut memasukkan biaya-biaya yang tidak seharusnya dimasukkan dalam perhitungan laba rugi.
d.        Periode Perhitungan Laba Rugi
Dari hasil penelitian diketahui bahwa, dari masing-masing pengusaha puyuh dalam melakukan perhitungan laba rugi terdapat perbedaan, terutama pada masa melakukan perhitungan tersebut. Untuk melihat lebih jelas jangka waktu perhitungan laba rugi yang dilakukan pengusaha tahu dapat dilihat pada tabel V. 9 berikut:
Tabel V. 9
Periode Perhitungan Laba Rugi
Tahun 2012

No
Periode Pelaporan Perhitungan Laba Rugi
Jumlah
1
Satu tahun sekali
-
2
Satu bulan sekali
17
3
Satu minggu sekali
-
Sumber: Data hasil penelitian Lapangan
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa, sebagian besar responden melakukan periode pelaporan perhitungan laba-rugi. Responden yang melakukan periode pelaporan perhitungan laba rugi satu bulan sekali yaitu sebanyak 17 responden.



e.         Kebutuhan Responden Terhadap Sistem Pembukuan
Dari hasil yang telah dilakukan bahwa, dimana pada umumnya pengusaha puyuh membutuhkan sistem pembukuan yang dapat membantu dalam menjalankan usahanya, dapat dilihat pada tabel V. 10 berikut:
Tabel V. 10
Kebutuhan Terhadap Pembukuan
Tahun 2012

No
Respon Responden
Jumlah
Persentase
1
Membutuhkan sistem pembukuan
17
100%
2
Tidak membutuhkan sistem pembukuan
-
-

Jumlah
17
100%
Sumber: Data hasil penelitian Lapangan
Berdasarkan tabel diatas seluruh responden membutuhkan sistem pembukuan, hal ini dikarenakan mereka mengetahui manfaat pentingnya pembukuan didalam menjalankan usaha. Ini berarti sistem pembukuan tidak hanya dibutuhkan oleh perusahaan besar saja tetapi juga dibutuhkan oleh perusahaan kecil.
f.         Analisis Penerapan Konsep Dasar Akuntansi
Berdasarkan tabel V. 1 dan V. 2 buku pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas bahwa, pengusaha puyuh sudah hampir semuanya menggunakan buku untuk mencatat penerimaan dan pengeluaran kas akan tetapi pencatatan yang dilakukan oleh pengusaha puyuh tersebut belum tepat.
Pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas yang dilakukan oleh pengusaha puyuh masih belum teratur. Dalam pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas belum sesuai dengan konsep-konsep dasar akuntansi yaitu pada konsep kesatuan usaha. Hal ini dapat dilihat dari pengusaha tahu yang masih menggabungkan pengeluaran pribadi dengan pengeluaran perusahaan. Pada tabel V. 3 pemisahan keuangan perusahaan dengan keuangan rumah tangga, berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa 12 perusahaan atau 71% yang melakukan pemisahan pencatatan keuangan perusahaan dengan keuangan rumah tangga dan 5 pengusaha atau 29% yang menggabungkan antara keuangan perusahaan dengan keuangan rumah tangga, sehingga tidak sesuai dengan konsep-konsep dasar yaitu konsep Business entity.
Berdasarkan tabel V. 4 dapat dilihat bahwa pengusaha tahu yang melakukan pencatatan hutang berjumlah 6 pengusaha ternak puyuh dan 11 pengusaha ternak puyuh yang tidak melakukan pencatatan hutang. Berdasarkan informasi dari penelitian, hal tersebut disebabkan karena barang yang dibeli secara kredit oleh pengusaha tersebut hanya satu jenis barang saja yaitu ransum ternak.
Berdasarkan tabel V. 6 pencatatan  terhadap perhitungan laba rugi. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan bahwa, pengusaha ternak puyuh di Kecamatan Tenayan Raya sangat memerlukan perhitungan laba rugi untuk mengetahui keuntungan dan kerugian yang terjadi dalam satu periode dan terus beroperasi dalam jangka waktu yang lama. Perhitungan laba rugi yang dilakukan oleh pengusaha puyuh masih sangat sederhana dengan cara membandingkan antara pendapatan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar